Sebagian para ahli kesusastraan Arab menggolongkan Lubaid sebagai penyair Jahiliyyah, karena sesudah masuk Islam, penyair ini tidak lagi mengucapkan puisi, kecuali hanya satu bait saja, sebuah puisi yang diucapkannya ketika menyatakan diri ke dalam Islam seperti yang terdapat di bawah ini:
الحمد لله أن لم يأتنى أجلى # حتّى لبست من الإسلام سربالا
"Al-Hamdulillah, ajalku tidak datang sebelum aku menjadi seorang muslim"
Pada zaman Jahiliyyah puisi-puisinya banyak membicarakan seputar pujian (madah), mencaci atau mengejek (hija'),
bahkan banyak dari puisinya yang berisikan kebanggaan terhadap kaumnya. Seperti yang terdapat dalam kutipan puisi di bawah ini:
إنا إذا التقت المجامع لم يزل # منا لزاز عظيمة جشامها
ومقسّم يعطى العشيرة حقها # ومغذمر لحقوقها هضامها
فضلا وذو كريم يعين على الندى# سمح كسوب رغائب غنامها
من معشر سنّت لهم آباؤهم # ولكل قوم سنة وإمامها
لايطبعون ولايبور فعالهم # إذ لا يميل مع الهوى احلامها
وهم السّعاة إذا العشيرة افظعت # وهم فوارسها وهم حكّامها
وهم ربيع للمجاور فيهم # والمرملات إذا تطاول عامها
"Bila beberapa kabilah sedang berkumpul, maka kaumku akan menandingi mereka dalam berdebat ataupun bertanding"
"Kaumku adalah pembagi yang adil, yang memberikan hak keluarganya, dan kaumku adalah sangat pemarah kepada siapa pun yang merampas hak keluarganya"
"Kaumku menolong dengan suka rela, karena mereka suka menolong, suka memaafkan, dan suka pada suatu kemuliaan"
"Kaumku berasal dari keturunan yang suka pada kemuliaan, dan bagi setiap kaum pasti mempunyai adat dan pemimpin sendiri"
"Kaumku tidak pernah merusak kehormatannya dan tidak suka mengotori budi pekertinya, karena mereka tidak senang mengikuti hawa nafsu"
"Bila keluarganya sedang tertimpa musibah, mereka akan membantu, merekalah pahlawan bila keluarga sedang terserang dan merekalah yang akan menundukkan musuh"
"Kaumku adalah penolong bagi siapa pun yang meminta pertolongan, dan pembantu bagi janda yang tertimpa kemalangan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar