Rabu, 19 Oktober 2011

Cara Penulisan Nadzom

بــــــــسم الله الرحمن الرحيــــــــــم
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستهديه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ،من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادى له، وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا . أما بعد
 Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sistem penulisan kalam arab itu terbagi kepada dua, yaitu natsar dan sya'ir. Bahkan sebagian ulama berpendapat, setelah diturunkannya al-Qur'an sistem penulisan kalam arab terbagi menjadi tiga: al-Qur'an, natsar, sya'ir. Mengapa al-Qur'an dimasukan ke dalam salah satu sistem penulisan kalam arab (walaupun al-Qur'an tidak bisa ditambah ataupun dikurangi)? Itu dikarenakan al-Qur'an memiliki sistematika penulisan yang tersendiri yang berbeda dengan penulisan sistem kalam arab lainnya, al-Qur'an bukanlah natsar, al-Qur'an juga bukanlah sya'ir. Untuk mempelajari al-Qur'an, natsar, sya'ir sudah barang tentu harus ditunjang dengan ilmu yang memadai, diantaranya adalah ilmu 'adab.
Menurut Syekh Jarullah Zamakhsyari dalam kitab karangan beliau yang berjudul al-Qistho-s fi 'Ilmi al-'Arudh ilmu ''adab itu terbagi ke dalam dua belas ashnaf/fan (disiplin ilmu) yaitu: Ilmu I'rab (yang sekarang terkenal dengan nama Ilmu Nahwu), Ilmu Abniyyah (yang sekarang terkenal dengan nama Ilmu Sharf), Ilmu Badi', Ilmu Ma'ani, Ilmu Bayan, Ilmu 'Arudh, Ilmu Qowafi, Ilmu Qordu Syi'ri, Ilmu Kitabah, Ilmu Isytiqaq, Ilmu Insya (Insya al-Natsar), Muha-dhorot.
Dalam hal ini, kita akan mempelajari sedikit dari aplikasi ilmu 'arudh, sebuah ilmu yang sudah langka dan jarang sekali dipelajari. Padahal ilmu tersebut masih memiliki tingkat relevansi yang tingggi jika kita pelajari sekarang, dikarenakan masih banyaknya yang mengkaji kitab-kitab yang berbasis nadzom. Perlu kita ketahui, untuk membaca bait nadzom dengan baik dan benar itu sedikitnya dibutuhkan empat disiplin ilmu pendukung yaitu nahwu, sharf, 'arudh, serta qowafi.

I. MENGENAI SYA'IR
Sebelum kita melangkah jauh mempelajari nadzom yang umumnya dibuat dengan menggunakan bahar rojaz, marilah kita mempelejari seputar sya'ir terlebih dahulu.
Entah siapa yang pertama kali membuat sya'ir tidak ada keterangan yang absah mengenai ini, yang jelas sya'ir telah dikenal oleh orang-orang arab dahulu belasan abad kebelakang.
Terdapat enam belas bahar dalam sya'ir arab, 15 hasil penemuan Imam Khalil Bin Ahmad Al-Farahidiy Azdy Basry (100 H -175 H) sedang sisanya yaitu bahar mutadarok/mutadarik adalah hasil penemuan Imam Ahfasy Al-Ausath yang juga merupakan murid Khalil bin Ahmad. Bahar-bahar tersebut yaitu:

Kebanyakan kitab-kitab nadzom, seluruhnya dibuat dengan menggunakan bahar rojaz. Mungkin terbesit dalam benak kita, mengapa harus menggunakan bahar rojaz, tidak menggunakan bahar-bahar yang lainnya? Di antara alasannya adalah:
1. Mudah dalam penyusunan.
2. Konvensi para ulama, sehingga terdapat standarisasi pembuatan kitab berbasis nadzom.
3. Fleksibilitas bahar rajaz yang tinggi memiliki 9.216 varian.
Karena bahar rojaz memiliki fleksibilitas yang tinggi, dengan kata lain rojaz menyerupai natsar dalam susunannya, maka mudahlah bagi pembuat nadzom (nadzim), menuangkan kaidah-kaidah berbagai disiplin ilmu dalam bahar tersebut. Disebabkan kemudahannya itu, maka para ulama memberi julukan pada bahar rojaz dengan julukan "khima-r al-syua'ra".
Untuk memberi wazan pada nadzom, kita harus disiplin ilmu pendukung yaitu arudh dan qofiyah, di samping fan-fan utama yang lainnya.
Kami tidak akan panjang lebar menjelaskan kedua ilmu tersebut. Kami hanya akan membahas ilmu arudh dan qofiyah yang ada hubungannya dengan pembuatan bait/nadzom.
Sebelum kita membahas panjang lebar mengenai bahar rojaz (bahar yang digunakan dalam pembuatan bait/nadzom) ada baiknya kita memahami istilah-istilah di bawah ini:

a. Syathar/Misro', Shodar, 'ajuz
(الشَطْر/المِصْرَاع, الصَدْر، العَجُز)

Bait pada nadzom terdiri dari dua syathar/misro' yang sebelah kanan dinamakan syathar awal/misro' awal atau dinamakan juga shodar dan yang sebelah kiri dinamakan syathar tsani/misro tsani atau dinamakan juga 'ajuz.
Agar lebih memahami mengenai istilah-istilah tersebut, perhatikan muqodimah Al-Fiyyah Ibnu Malik bait pertama di bawah ini!

قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِك # أَحْمَدُ رَبِّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ

Keterangan:
Yang dimaksud dengan syathar awal adalah:
قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ
Dan yang dimaksud dengan syathar tsani adalah:

أَحْمَدُ رَبِّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ
b. Sakin
(السَاكِن)

Sakin adalah huruf yang tidak memiliki harkat. Contoh: alif pada lafadz قَاْلَ.
c. Mutaharrik


(المُتَحَرِّك)
Mutaharrik adalah huruf yang memiliki harkat, baik dhommah, fathah, maupun kasrah. Contoh: qaf dan lam pada lafadz قَاْلَ.
d. Sabab, Watid/Watad, Fa-shilah
(السَبَب، الوَتَِد، الفَصِيلَة)
Taf'ilat terbentuk dari:
السبب الخفيف, السبب الثقيل ,الوتد المجموع ,الوتد المفروق, الفاصلة الصغرى, الفاصلة الكبرى
 
Sabab Khofi-f adalah susunan dua huruf yang terdiri dari mutaharik – sakin, contohnya: لَمْ، قَدْ.
Sabab Tsaqi-l adalah susunan dua huruf yang terdiri dari mutaharik – mutaharik, Contohnya: رَأَ، بِكَ.
Watid/watad Majmu-' adalah susunan tiga huruf yang tediri dari mutaharik – mutaharik – sakin, contohnya: عَلَىْ، رَمَى.
- Watid/watad Mafru-q adalah susunan tiga huruf yang tediri dari mutaharik – sakin – mutaharik, contohnya: ظَهْرِ، مَهْمَا.
Fa-shilah Shugra- adalah susunan empat huruf yang terdiri dari mutaharik – mutaharik – mutaharik – sakin, contohnya: جَبَلٍ.
- Fa-shilah Kubra- adalah susunan lima huruf yang terdiri dari mutharik – mutaharik – mutaharik – mutaharik – sakin, contohnya: سَمَكَةً.
Untuk memudahkan dalam menghapal maka kita rangkaikan menjadi satu kalimat yaitu:
لَمْ أَرَ عَلَىْ ظَهْرِ جَبَلٍ سَمَكَةً.
e. Taf'ilat/Ajza
(التَفْعِيْلَة)
Bayt dalam nadzom terdiri dari 6 taf'ilat, taf'ilat tersusun dari bebarapa sabab, watid/watad, atau fasilah, sedangkan sabab, watid, dan fasilah tersusun dari beberapa haraf taqte'. Haraf taqte' seluruhnya ada 10 huruf . Agar mudah dalam menghafal maka haraf taqte' itu kita kumpulan dalam sebuah kalimat yaitu: لمَِعَتْ سُيُوفُنَا.
Seperti halnya haraf taqte', taf'ilat juga berjumlah 10 buah, 2 diantaranya khumasi (tersusun dari 5 huruf) dan sisanya yang berjumlah 8 buah adalah suba'I (tersusun dari 7 huruf). Perhatikan taf'ilat di bawah ini:

1. Khumasi

Taf'ilat yang khumasi seluruhnya ada dua, yaitu:
فَعُوْلُنْ dan فَاعِلُنْ

2. Suba'i

Taf'ilat yang suba'I seluruhnya berjumlah tujuh, yaitu:

مَفَاعِيْلُنْ، مُفَاعَلَتُنْ، فَاعِ لاَتُنْ، مُسْتَفْعِلُنْ، فَاعِلاَتُنْ، مُتَفَاعِلُنْ، مُسْتَفْعِلُنْ، مَفْعُولاتُ
Di dalam syathar awal sebuah nadzom terdapat 3 taf'ilat (ajza), demikian pula dalam syathar tsani terdapat 3 taf'ilat (ajza). Sebelum kita dapat memisahkan syathar menjadi taf'ilat-taf'ilat, maka kita harus memahami terlebih dahulu:

* Kaifiyyah kitabah arudiyyah (tata cara penulisan menurut ilmu 'arudh)
* Darurat Nadzom
* Taghyir (Ziha-f dan Elal)

f. 'Arudh, Dhorob, dan Hasywu
(العَرُوض، الضَرَب، الحَشْو)
Yang dimaksud 'arudh di sini bukanlah ilmu 'arudh, akan tetapi sebuah istilah yang terdapat dalam ilmu 'arudh. 'Arudh itu merupakan taf'ilat terakhir yang terdapat pada syathar awal. Sedangkan taf'ilat terakhir pada syathar tsani dinamakan dhorob, dan taf'ilat selain 'arudh dan dhorob dinamakan hasywu.
­

Tidak ada komentar:

Posting Komentar