Jumat, 07 Oktober 2011

Memakrifatkan Musnad dan Menakirahkannya

Musnad di makrifatkan karena beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Untuk memberikan faedah kepada pendengar tentang suatu hukum terhadap perkara yang telah diketahui dengan perkara lain semisalnya di mana menggunakan salah satu cara memakrifatkan. Contoh:
a. هذا الجطيب = ini adalah seorang khatib.
b. ذاك نقيب الاشراف = itu adalah penyelidik orang-orang mulia.

2. Untuk memberikan faedah penentuan (qashar) musnad terhadap musnad ilaih secara hakiki. Contoh: سعد الزعيم adalah seorang pemimpin.
Contoh itu dikemukakan jika tak ada pemimpin selainnya. Atau secara dakwaan, karena melebihkan bagi kesempurnaan makna musnad pada musnad ilaih. Contoh: سعد الوطنى Saad adalah orang yang sempurna kebangsaannya.
Contoh itu ditafsiri dengan: الكامل الوطنية , artinya orang yang sempurna nilai kebangsaannya. Jadi, kalimat tersebut dikemukakan dalm dugaan bahwa nilai kebangsaan tidak ditemukan kecuali pada diri Saad, karena nilai kebangsaan orang selainnya tidak dianggap. Yang demikian itu apabila musnad dimakrifatkan dengan lam jinis.
Dan musnad di nakirahkan karena tidak ada penyebab untuk memakrifatkannya. Dan hal ini karena beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk menghendaki makna yang diketahui atau pengkhususan. Contoh:
a. أنت أمير = Engkau adalah seorang raja.
b. وهو وزير = Dan dia adalah menteri.
2. Untuk mengikuti musnad ilaih dalam nakirahnya. Contoh:
تلميذ واقف بالباب = Murid itu berdiri di pintu.
3. Untuk memberikan faedah kemuliaan. Contoh:
هدى للمتقين
"Kitab Al-Qur'an itu merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (Al-Baqarah:2)
4. Untuk menganggap hina. Contoh:
ما خالد رجلا يذكر = Tiadalah si Khalid itu lelaki yang disebut-sebut.
C. Mendahulukan Musnad atau Mengakhirkannya
Musnad didahhulukan apabila ditemukan keadaan yang menghendaki untuk mendahulukannya, misalnya berupa 'amil, seperti:
قام على = Ali telah berdiri.
Atau berupa lafaz yang mempunyai hak untuk didahulukan dalam kalimat, seperti:
اين الظريق؟ = Di manakah jalannya?
Atau ketika dikehendaki suatu tujuan dari berbagai tujuan berikut ini:
1. Untuk mentakhsis (mengkhususkan) musnad ilaih. Contoh:
لله ملك السماوات والأرض
"Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi." (Al-Maidah: 17)
2. Untuk mengingatkan sejak pertama bahwa musnad memang khabar bukan na'at, seperti ucapan penyair:
a. له همم لامنتهى لكبارها وعمته الصغرى أجل من الدهر
"dia punya berbagai cita-cita,yang tak ada puncak bagi kebesarannya,
cita-citanya yang paling kecil, adalah lebih agung daripada masa"
b. له راحة لو أن معشارجودها على البر كان البر أندى من البحر
"Dia mempunyai telapak tangan,andaikata sepersepuluh kedermawanannya,
dicurahkan di daratan,tentulah darat lebih basah daripada lautan"
3. Meletakkan makna yang diakhirkan jika pada makna yang didahulukan terdapat hal yang ingin disebutkan, seperti mendahulukan musnad dalam firman Allah:
إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dam bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Ali Imran: 190)
Dan seperti ucapan penyair:
خير الصنائع فى الانام صنيعة تنبوبها ملها على الاذلال
"Sebaik-baik pekerjaan diantara manusia adalah suatu pekerjaan, yang tiada mengenal kehinaan pada orang yang menekuninya."
4. Untuk mengharapkan kebaikan (tafa'ul), seperti ucapan anda kepada orang yang sedang sakit:
فى عافية انت = Mudah-mudahan anda diberi kesehatan.
Dan seperti ucapan penyair:
سعدت بغرة وجهك الايام وتزينت بلقاءك الاعوام
"Semoga bahagia hari-hari itu, oleh karena kemuliaan wajahmu,
dan semoga berhias tahun-tahun itu, dengan sebab pertemuan."
5. Untuk berfaedah mengkhususkan musnad ilaih atas musnad, seperti firman Allah:
لكم دينكم ولي دين
"Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku." (Al-Kafirun: 6)
Secara bahasa contoh di atas ditafsirkan dengan:
دينكم مقصورعليكم ودينى مقصورعلى , artinya agamamu khusus untukmu, dan agamaku khusus untukku.
6. Untuk menyatakan kesusahan, seperti ucapan penyair Al-Mutannabbi:
ومن نكد الدنيا على الحر ان يرى عدوا له ما من صداقتعه بد
"Dari kesusahan hidup di dunia, bagi orang yang merdeka,adalah melihat musuh yang seharusnya ia (sebagai) orang yang menjadi temannya"
7. Untuk tujuan kagum, mengagungkan, menyanjung, mencela, menaruh kasihan, atau mendo'akan, seperti:
a. لله درك = Bagus (kata pujian)
b. عظيم انت ياالله = Maha Agung Engkau ya Allah
c. نعم الزعيم سعد = Sebaik-baik pemimpin adalah Saad
d. بئس الرجل زيد = Seburuk-buruk lelaki adalah Khalil
e. فقير ابوك = Sungguh kasihan bapakmu
f. مبارك وصول لك بالسلامة = Sungguh diberkahi kedatanganmu dengan selamat
Dan juga dapat terjadi musnad untuk diakhirkan. Sebab, diakhirkan itu memang asalnya, sedangkan mendahulukan musnad ilaih memang lebih penting. Contoh:
الوطن عزيز= Tanah air itu mulia
Dari segi makna tunggal dan tidaknya, musnad terbagi menjadi dua macam, yaitu: Mufrad dan Jumlah.
1. Musnad yang mufrad terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Berupa fi'il, seperti:
قدم سعد = Saad telah datang.
b. Berupa isim, seperti:
سعد قادم = Saad datang.
2. Adapaun musnad jumlah ada tiga macam, yaitu:
a. Berupa sababi, seperti:
خليل أبوه منتصر او أبوه انتصر أو انتصر أبوه
"Ayah Khalil mendapat pertolongan."
b. Bertujuan menentukan hukum pada musnad ilaih, seperti:
أنا سعيت فى حاجتك = Saya telah menunaikan keperluanmu.
Tafsiran dari contoh di atas adalah الساعى فيها أنا رغيرى , artinya: Orang yang menunaikan keperluanmu adalah saya, bukan selainnya.
c. Bertujuan untuk mengukuhkan hukum, seperti:
سعد حضر = Saad telah datang.
Tujuan mengukuhkan hukum terlihat karena pengulangan isnad sebanyak dua kali.
Terkadang musnad dikemukakan dalam bentuk dzaraf dan jar majrur, seperti:
1. خليل عندك = Khalil berada di sisimu.
2. محمود فى المدرسة= Mahmud ada di madrasah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar