Selasa, 18 Oktober 2011

Ta’kid al-dzammi bima Yusybihul Madhi ( تَأكِيدُ الذّم بِماَ يُشْبِهُ المَدحِ )

تَأكِيدُ الذّم بِماَ يُشْبِهُ المَدحِ

(Memperkuat celaan dengan kalimat yang menyerupai pujian)
  1. Pengertian-مفهوم

Dalam pembahasan ilmu badi’ yang dinamakan تأكيد الذم بما يشبه المدح adalah pemberian sifat jelek terhadap sesuatu, kemudian datang lagi sifat jelek yang kedua dengan menggunakan  huruf istisna.
Dalam hal ini Ali Jarim memberikan defenisi sebagai berikut:
تَأكِيدُ الذّم بما يشبه المدح ضربان:ان يستثني من صفة مدح منفية صفة ذم وأن يثبت لشئ صفة ذم ثمّ يؤتي بعدها بأداة إستثناء تليها صفة ذم أخري.
Memperkuat celaan dengan kalimat yang menyerupai pujian itu ada dua macam: Pertama; Mengecualikan sifat celaan dari sifat pujian yang dinafikan, Kedua; Menetapkan sifat celaan bagi sesuatu, lalu mendatangkan huruf istisna’ diikuti sifat celaan yang lain”.
  1. Contoh (الامثلة)
- لاَ حَسُنَ فيِ المَنْزِلِ الاّ اَنّهُ مُظْلِمٌ ضَيْقُ الحُجُرَاتِ.
Tiada keindahan di rumahnya, hanya saja gelap dan sempit kamarnya”.
- هُوَ بَذِئُ اللِّسَانِ غَيرَ اَنَّ صَدْرَهُ مَجْمَعُ الاَضْغَانِ.
Ia adalah orang yang kotor lidahnya, hanya saja dadanya merupakan tempat berkumpulnya kedengkian”.
- لاَعِزّةَلَهُمْ بََيْنَ العَشَائِرِ غَيْرَ أنَّّ جَارَهُمْ ذَلِيْلٌ.
Tidak ada kemuliaan bagi mereka dalam pergaulan, hanya saja tetangga mereka orang-orang hina”.
- لاَ فَضْلَ لِلْقَوْمِ اِلاَّ أنَّهُمْ لاَ يَعْرِفُوْنَ لِلْجَارِ حَقَّهُ.
Tiada keutamaan bagi suatu kaum, namun mereka tidak mengetahui hak-hak tetangga”.
- تُعَدُّ ذُنُوْبِي عِنْدَ قَوْمٍ كَثِيرَةً # وَلاَذَنْبَ لِي اِلاّ العُلاَ والفَضَائلُ
Oleh suatu kaum dosaku dikatakan banyak, padahal tiada dosa bagiku kecuali dosa-dosa yang tinggi dan utama”.
- الكَلاَمُ كَثِيْرُ التَّعْقِيْدِ سِوَي أنَّهُ مُبْتَذَلُ المَعَنِي.
Kalimat itu berbelit-belit , di samping maknanya hambar”.
- الجَاهِلُ عَدُوُّ نَفْسِهِ لكِنَّهُ صَدِيْقُ السُّفَهَاءِ.
Orang bodoh itu adalah musuh dirinya tetapi teman orang-orang bodoh”.
- لاَ خَيْرَ فِي هؤُلآءِ القَوْمِ إلاَّ أنَّهُمْ يُعِيْبُوْنَ زَمَانَهُمْ و العَيْبُ فِيهِمْ.
Tiada kebaikan pada kaum itu , hanya saja mereka mencela zaman dan mereka juga cela”.
  1. Analisa= تحليل
Pada contoh (1), kita menemukan pembicara mencela sebuah rumah dengan ungkapannya لاَحُسْنَ فِي المَنْزِلِ (tiada keindahan di rumah itu), setelah itu di gunakan huruf istisna’ yang mengisyaratkan akan datang pujian setelah istisna’. Namun yang terjadi sebaliknya, pembicara justru memberikan sifat celaan untuk yang kedua kalinya, yaitu dengan ungkapan   مُذْلِمٌ ضَيْقُ الحُجُرَاتِ (gelap dan kamarnya sempit).pemberian celaan yang kedua itu sebenarnya dimaksudkan sebagai penguat terhadap celaan yang pertama.
Pada contoh ke (2), pembicara memberi sifat yang jelek kepada seseorang, ungkapan yang di gunakan adalah  بَذِئُ اللِّسَانِ (ia orang yang kotor ungkapannya), setelah itu didatangkan huruf istisna’yang memberi kesan akan datang sifat yang terpuji setelahnya, namun kenyataannya lain, pembicara mendatangkan sifat yang jelek lagi kepada orang itu, ungkapan yang di gunakan adalah صَدْرَهُ مَجْمَعُ الاَضْغَانِ (dadanya penuh dengan kedengkian). Sifat jelek yang kedua ini tentu akan memperkuat sifat jelek yang pertama.
Selanjutnya pada contoh yang ke (3) ,Al-mutakallim memberi sifat cela kepada suatu kaum dengan cara meniadakan sifat” Mulia”bagi mereka, ungkapan yang di gunakan adalah لاَعِزَّةَ لَهُمْ (tidak ada kemuliaan bagi mereka) , setelah di gunakan huruf istisna’ yang mengisyaratkan akan datang pujian bagi mereka, namun yang terjadi sebaliknya pembicara mendatangkan celaan yang lain dengan yang meniadakan sifat baik bagi tetangganya, ungkapan yang digunakan adalah
أنَّ جَارُهُمْ ذَلِيْلٌ (tetangga mereka orang-orang yang hina). Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa peniadaan sifat baik pada kalimat kedua, memperkuat peniadaan sifat baik pada kalimat pertama.
Demikian juga pada contoh yang ke (4), Al-mutakallim mencela suatu kaum dengan cara meniadakan sifat “ Keutamaan” bagi mereka, ungkapan yang digunakan adalah لاَ فَضْلَ لِلْقَوْمِ ( tiada keutamaan bagi kaum tersebut) , setelah itu digunakan huruf istisna’ yang mengisyaratkan akan datang pujian bagi mereka, namun yang terjadi sebaliknya, pembicara mendatangkan celaan yang lain, yaitu bahwa kaum itu juga tidak mengetahui hak-hak tetangganya. Ungkapan yang digunakan adalah أنَّهُمْ لاَيَعْرِفُوْنَ لِلْجَارِيَةِ (mereka tidak mengetahui hak-hak tetangganya). Dan begitu pula seterusnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa adanya sifat celaan yang kedua tersebut merupakan penegas adanya sifat celaan yang pertama.

2 komentar:

  1. وانصب فان لذيذ العيش فى النصب

    ini artinya apa ustadz

    BalasHapus
  2. Ini adalah potongan bait Syair Imam Asy-Syafi’irahimakumulloh,yang mana artinya "Dan bekerja keraslah engkau, karena kerja keras itu adalah sebuah kenikmatan dalam kehidupan." asalnya adalah "سافر تجـد عوضـاً عمـن تفارقـه
    وانصب فإن لذيذ العيش في النصـب" Intinya beliau menyuruh kita untuk meninggalkan kampung halaman guna mencari ilmu. (semoga saya yg salah)

    BalasHapus