Syair telah menjadi bagian dari tradisi orang-orang Arab jahiliyah. Sejarah menunjukkan bahwa pada zaman Rasulullah Saw telah terbentuk sebuah pasar syair yang dikenal dengan nama Pasar ‘Uqadz tempat para ahli syair dari segala penjuru qabilah melantunkan syair-syair karya mereka, dan bagi syair-syair terbaik diberikan hadiah dan karyanya ditempelkan pada dinding Kabah.
Dalam Islam terdapat dua bentuk penjelasan tentang kedudukan syair. Ada teks yang menjelaskan tentang kebolehannya dan adapula yang mencelanya. Berikut beberapa teks hadis yang menjelaskan kebolehan syair dan bersyair:
عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيدِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَدِفْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا فَقَالَ هَلْ مَعَكَ مِنْ شِعْرِ أُمَيَّةَ بْنِ أَبِى الصَّلْتِ شَيْئًا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ: هِيهِ فَأَنْشَدْتُهُ بَيْتًا فَقَالَ: هِيهِ ثُمَّ أَنْشَدْتُهُ بَيْتًا فَقَالَ: هِيهِ حَتَّى أَنْشَدْتُهُ مِائَةَ بَيْتٍ
Artinya: Dari Amru bin al-Syarid dari Ayahnya, ia berkata, “Suatu ketika aku bersama Rasulullah saw, kemudian beliau berkata, ‘Apakah kamu mengetahui beberapa (bait) dari syair karya Umayyah bin ash-Shalt?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Beliau berkata, ‘lantunkanlah!’, kemudian aku melantunkan satu bait. Beliau berkata, ‘lanjutkan’ kemudian aku melantunkan satu bait. Beliau berkata, ‘lanjutkan’. Hingga aku melantunkan 100 bait (syair)” H.r. Muslim
Selain riwayat di atas terdapat pula keterangan lain sebagaimana diriwayatkan oleh al-Tirmidzi sebagai berikut:
عن أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ مَكَّةَ فِي عُمْرَةِ الْقَضَاءِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ بَيْنَ يَدَيْهِ يَمْشِي وَهُوَ يَقُولُ خَلُّوا بَنِي الْكُفَّارِ عن سَبِيلِهِ الْيَوْمَ نَضْرِبْكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ ضَرْبًا يُزِيلُ الْهَامَ عن مَقِيلِهِ وَيُذْهِلُ الْخَلِيلَ عن خَلِيلِهِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا ابْنَ رَوَاحَةَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَرَمِ اللَّهِ تَقُولُ الشِّعْرَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلِّ عَنْهُ يَا عُمَرُ فَلَهِيَ أَسْرَعُ فِيهِمْ مِنْ نَضْحِ النَّبْلِ
Artinya: Dari Anas Bahwasanya Rasulullah Saw masuk ke Makkah pada masa umrah Qadha dan Abdullah bin Rawahah sedang berjalan di depan beliau sambil berkata : “Berikan jalan kepada anak orang-orang kafir # Hari ini kami akan memukul kalian dirumah kalian # Dengan pukulan yang menghilangkan kesedihan dari peraduannya # Dan menjauhkan seorang kekasih dari kekasihnya. Umar kemudian berkata kepadanya : ‘wahai Ibnu Rawahah dihadapan Rasulullah Saw dan didalam masjid al-haram kamu melantunkan syair?’ kemudian Nabi Saw berkata kepada Umar : “Biarkan dia wahai Umar sebab hal itu lebih mempercepat dari siraman yang baik”
Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw memuji syair salah seorang sahabat yang bernama Labid bin Rabi’ah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَصْدَقُ كَلِمَةٍ قَالَهَا الشَّاعِرُ كَلِمَةُ لَبِيدٍ: أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مَا خَلَا اللهَ بَاطِلُ وَكَادَ ابْنُ أَبِي الصَّلْتِ يُسْلِمُ
Artinya: Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam beliau berkata : “Kalimat yang paling benar yang diucapkan oleh penyair adalah kalimat Labid: “Ketahuilah segala sesuatu yang selain Allah adalah bathil (rusakn dan binasa)”. Dan hampir saja Umayyah bin Abu al-Shalt memeluk Islam”. H.r. At-Thahawi
Dalam riwayat lain Rasulullah Saw mengemukakan bahwasanya terdapat kandungan hikmah dibalik bait-bait syair sebagaimana sabda Beliau Saw:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : إِنَّ مِنَ الشِّعْرِ حِكْمَةً
Artinya : Dari Ibnu Abas, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya terdapat hikmah diantara (bait-bait) syair’.” H.r. Al-Baihaqi
Adapun hadis yang menerangkan akan ketidakbolehan syair dan bersyair adalah :
Adapun hadis yang menerangkan akan ketidakbolehan syair dan bersyair adalah :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لأَنْ يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا
Artinya: Dari Abu Huraerah, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Lambung seseorang penuh dengan nanah lebih baik daripada penuh dengan syair’.” H.r. Abu Daud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar